Spirit Sepuluh Muharram

16 12 2010

BULAN Muharram adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah Swt. Bulan ini bagian dari empat bulan mulia, yakni dzulqa’dah, dzulhijjah, muharram dan rajab. Hal ini berdasar pada firman Allah Swt. “Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram” (QS. At Taubah (9): 36).

Bulan muharram ini sudah dikenal sejak zaman jahiliyyah. Bulan muharram artinya “dilarang”. Pada zaman sebelum Islam, pada bulan ini dilarang untuk melakukan peperangan dan persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.

Tanggal sepuluh (‘asyuro) muharram merupakan hari yang spesial bagi ummat Muslim. Puasa pada hari ini mendapat sebuah keutamaan, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, “Aku tidak pernah melihat Nabi Saw bersungguh-sungguh puasa pada hari tertentu yang beliau lebihkan daripada hari-hari yang lain selain hari ini, yaitu hari Asyura”. (Muttafaq Alaih).

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim).

Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan
bahwa hal itu baik untuk dilakukan.

Demikian juga sebagian umat Islam menjadikan bulan Muharram sebagai bulan anak yatim. Menyantuni dan memelihara anak yatim adalah sesuatu yang sangat mulia dan dapat dilakukan kapan saja. Dan tidak ada landasan yang kuat mengaitkan menyayangi dan menyantuni anak yatim hanya pada bulan Muharram.

Setelah melewati pergantian tahun hijriyah, semangat hijrah sudah merasuk ke dalam jiwa, spirit itu harus tetap ada, terus berkobar demi mendapatkan ridla-Nya. Kini, dalam mengisi pundit-pundi amal ibadah, selayaknya menundukkan hati dan pikiran demi kemajuan ummat.

Sebagai seorang mahasiswa yang merupakan agent of social change tentu momen ini patut diisi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Bermanfaat bagi orang lain, masyarakat di lingkungan sekitar, begitu pun bagi diri sendiri, dapat mengisi bulan yang dimuliakan dengan berbagai amalan yang baik.

Akan tetapi harus diingat, ketika pohon sudah tumbuh tinggi, maka tiupan angin tentu semakin kencang. Bulan muharram kadang diisi dengan hal-hal yang berbau mistis. Mitos dan bid’ah selalu menghiasi. Mengikis hal-hal seperti itu adalah tugas semuanya, agar termasuk golongan orang yang selamat, menjalankan roda kehidupan berdasar pada Alqur’an dan Sunnah.***





Pensi dan Pawai Meriahkan Tahun Baru

16 12 2010

TAHUN baru hijriyah kembali menghampiri. Tahun yang merupakan cerminan sejarah perjuangan Nabi Muhammad berada pada titik 1432. Sebuah angka yang sangat lama dan ini merupakan pertanda kuasa Allah Swt. Akan tetapi, umat Islam sendiri lupa atau melupapakan peristiwa sejarah ini, sebagian orang kadang lebih antusias selebrasi tahun baru masehi daripada tahun baru hijriyah.

Dalam rangka menumbuhkan semangat hijrah, membentengi dan memperkuat ghirah keislaman, Pesantren Darussalam Ciamis yang diprakarsai Pengurus Pesantren dalam bimbingan Pimpinan Pesantren mengadakan Gebyar Muharram 1432 Hijriyah pada senin-selasa, (6/7).

Gebyar Muharram 1432 H ini merupakan serangkaian acara untuk menumbuhkan semangat perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan Islam. Acaranya berbentuk pentas seni dan pawai hijriyah.

Pentas seni (pensi) ini adalah ajang untuk menumpahkan segala yang ada dalam diri santri yang berhubungan dengan muharram. Mereka bebas berekspresi, yang penting tetap menjaga akhlak yang menjadi ciri seorang santri.

Meskipun pendidikan formal sedang mengadakan ulangan akhir semester (UAS), tetapi antusias santri dan mahasiswa yang ada di dalam kampus tetap tinggi. Hal ini terbukti dengan kehadirannya di Gedung Nadwatul Ummah meskipun cuaca tidak mendukung.

Acara dimulai setelah selesai melaksanakan shalat Isya dibuka secara resmi oleh Direktur III, K. Dase Fadlil Yusdi Mubarok, SH. Santri berbondong-bondong dengan konstumnya masing-masing yang sudah disetting seharian. Berbagai aksi ditampilakan mulai dari pembacaan puisi, pop song islami, paduan suara, dan drama sesuai dengan kehendak masing-masing. Pensi ini merupakan perwakilan tiap angkatan mulai dari santri MTs, MAN dan SMA Plus Darussalam.

Tiap angkatan mengirimkan utusannya untuk tampil di panggung. Khusus kelas XII MAN dan SMA, para santri angkatan itu, tampil semua ke depan, sebuah drama mereka tampilkan.

Selasa pagi, setelah membersihkan seluruh wilayah kampus, santri bersiap-siap dan berkumpul di depan Gedung Ibnu Rusyd untuk mengikuti pawai hijriyah.

Pasukan drum band MTs Darussalam berada pada barisan depan sebagai sarana untuk memberikan sebuah stimulus kepada masyarakat yang dilewati, minimal timbul pertanyaan di masyarakat, ada apakah gerangan? Sebuah bentuk metode dakwah yang efektif untuk mengingatkan peristiwa hijrah.

Setelah sampai di Gedung Jenderal Soedirman, peserta mendapatkan kupon gratis. Kupon ini nantinya akan diundi untuk mendapatkan hadiah. Semua unsur di Pesantren Darussalam ikut andil dalam menyumbangkan hadiah. Mulai dari unsur pimpinan sampai pedagang di lingkungan pesantren, bentuk kerja sama, bahwa pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama. Mulai jajanan kecil, karpet, tas, setrika dan sebagainya dipajang di depan sekretariat. Berbagai hadiah disiapkan.

Meskipun berada di bawah terik matahari, para santri tetap rela menunggu mudah-mudahan nomor yang dimilikinya adalah sebuah keberuntungan. Santri yang beruntung bergantian mengambil hadiah. Adalah Rizki Santika, santri MTs yang mendapat sebuah Gitar dari Wakil Pengasuh Pesantren, KH. Fadlil Yani Ainusyamsi, sebuah hadiah yang cukup mahal dibandingkan dengan hadiah-hadiah yang lain.

Sambil mengucapkan selamat, Pak Icep -sapaan Wakil Pengasuh–mengatakan bahwa gitar tersebut harus digunakan dengan sebaik mungkin, tapi jangan sampai mengganggu belajar.

Setelah itu, kampus terasa sepi. Banyak santri yang beristirahat setelah melaksanakan perjalanan yang cukup jauh. Dengan even ini, diharapkan semangat perjuangan Nabi dapat ditularkan dan dijadikan sebagai wahana memperdalam keimanan. Lelahnya para santri mudah-mudahan bernilai ibadah dan melekat sampai masa mendatang sebagai pembaharu bangsa.***